Kamis, 18 Februari 2016

Kamis, 18 Februari 2016

Ketika kita mengorbankan sesuatu untuk sesuatu, maka disaat itulah kita banyak belajar kecewa. Itulah yang kurasakan saat ini. Ketika kita sudah buat kesepakatan , kau dengan mudah langgar itu, dengan alasan kau ada keperluan. Tak masalah bagiku. Tapi ketika aku tau keperluanmu itu ialah dia, aku merasa tak sebanding dengan alasan perlu itu. Terkadang disaat seperti ini aku ingin kembali lagi dalam kepompong akademik, yang selama ini membimbingku. Aku berusaha untuk berpikir positif, tapi muatan negatip masih menang. Jangan salahkan aku jika suatu saat aku menghilang. Tak beri kabar. Karena memang saat ini aku tengah berada dipuncak kejenuhan. Kita tim, tapi tim ilusi. Kita punya wadah untuk kumpul, tapi kenapa susah sekali untuk kumpul. Mungkin kalian lebih senang dengan deadline tapi aku tidak bisa akan itu. Aku masih ingat dulu ketika aku masih bungsu di wadah ini, sebuah kata-kata yang tak bisa ku lupakan. ‘Tak ada yang di spesialkan disini’. Kurasa kata-kata itu tidak berlaku lagi disini. Ntah karena perasaan ku saja, atau memang karena perubahan tahun, semua juga berubah. Ntahlah. Kucoba kutenangkan diri ku dengan istirahat diatas kasur. Tapi malam ini tepat pukul 03.00 tangan ku ini ingin menulis sedikit kekecewaan ini. Masih ingat puisi dari india untuk anaknya. Yang beberapa kata saja aku ingat, yaitu :
Tak ada yang bisa kau jadikan sahabat di dunia ini. Kakimu kan jadi sahabat mu. Rambutmu akan jadi sahabat mu. Tangan mu akan jadi sahabat mu. Pandangan mu akan jadi sahabatmu

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda