Saya Kamila ( sebuah cerpen yang tercipta karena kejenuhan saat belajar variabel kompleks untuk UTS)
Saya
Kamila, biasanya orang memanggil saya La. Aku berasal dari sebuah pedesaan di
Aceh, yaitu desa Rundeng. Ntah apa yang membuatku berani merantau meninggalkan
desa tercinta ini. Bandung, aku kuliah disalah satu universitas swasta Bandung.
Banyak yang tak menyangka aku berani merantau ke seberang pulau, bahkan orang
tuaku sendiri masih tidak menyangka hal ini, mungkin karena sifat ku yang
pendiam dan pemalu (Introvert) sejak
lahir.
Tiba
di kampus. Jujur keringat dingin ku bercucuran. Betapa bersyukurnya aku bisa
sampai ke bandung dengan selamat dan sekarang di sambut oleh kampus baruku.
Tapi, sejenak aku terdiam, “apakah aku bisa bersosial dengan mereka?, bahkan
ketika SMA saja aku hanya punya satu teman dan itu benar benar dekat dengan ku,
Isar namanya.” pikirku sambil melihat orang-orang sekeliling yang tengah punya
kesibukan tersendiri. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk menghubungi
teman yang di Rundeng, karena memang sebelumnya dia berpesan untuk
menghubunginya kalau aku sudah tiba di Bandung.
“Halo
La, kamu sudah sampai Bandung? Pasti Bandung keren ya?” tanyak Isar penasaran.
“iya Sar. Sar aku takut” jawab ku singkat dengan nada sedih. “ngapain takut La,
takut kenapa coba? Santai aja” jawab Isar tenang. “ Tapi aku engga bisa ngomong
sama orang sar” jawabku ngeluh. “Ya elah, apa nya yang engga bisa, ini ko
ngomong sama orang, aku kan orang” jawabnya sambil cengingisan. “hahahaha Sar
sar, masih aja ko sempat bercanda ya” jawabku ngakak. “ Udah, engga usah takut,
orang kalian sama merantau juga, pasti sama-sama butuh teman lah”. “Iya Sar.
Betul juga. Makasih ya saranya. Eh aku urus registrasi asrama dulu ya.
Assalamualaikum Sar”. Rasanya semua masalah hilang kalau aku meluapkanya dengan
teman ku yang satu ini. Betapa beruntungnya aku punya teman seperti dia.
Langit
sudah mulai memerah menandakan sore tiba, semua urusan administrasi selesai.
Saatnya menuju kamar baru dan kawan baru. Sambil menenteng tas besarku aku
masih terpikir siapa yang akan menjadi teman sekamar ku. “ Teh, atas nama Kamila
kamar berapa ya?” tanyaku ke receptionist.
“Kamar 403, lantai 4 ya neng” jawab nya dengan logat sunda. ”Empat?” tanyaku
heran. ”Iya neng, sudah ada orang disana” jawabnya. “Oh, makasih ya teh”.
Sambil
menyelusuri tangga demi tangga, sejenak aku berhenti mengambil nafas. Sampai
dilantai empat aku langsung disambut teman baruku yang tengah sibuk beres-beres
dan disambut dengan senyuman manis ibunya dan adiknya. “Asslamualaikum buk” sapa
ku ramah. “Waalaikumsalam, namanya siapa neng?” tanyak ibu temanku. “Kamila bu,
oh ini anak ibu namanya Ayas” jawab ibu Ayas dengan ramahnya. Akupun langsung
menjabat tangan Ayas, dan dia pun membalas senyuman ku dengan senyuman yang
sangat indah.
Hari
pertama kuliah. Aku dan Ayas beda kelas, jadi jadwal kami berbeda sehingga
waktu kami bersama sangatlah jarang. Hari pertama kuliah aku datang lebih awal
dari teman yang lainya. Setibanya di kelas akupun langsung memilih kursi
belakang dan di pojok, seperti kebiasaan SMA ku dulu, karena memang sifat ku
yang kurang percaya diri kalau duduk ditengah-tengah. Tak lama kemudian teman
satu kelas ku pun berdatangan, dan yang terakhir datang adalah wali dosen ku. “
Selamat pagi, anak-anak” sapa nya dengan senyuman manisnya. Seperti biasanya
kita perkenalan satu-satu. Setelah perkenalan langsung disampaiakan oleh wali
dosen kami Ibu Ratna tentang peraturan kampus.
Hari-hari
kulalui terasa datar-datar saja. Ngampus-asrama hanya itu retunitas ku
sehari-hari. Kebosanan yang kurasakan membawa ku ke Student Centre. Saat pulang
kuliah aku iseng-iseng pengen jalan-jalan tanpa pikir panjang aku masuk ke
Student Centre. Student Centre sekretariat semua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
di kampusku.
Akupun
mulai lirik sana-sini mana yang akan aku ikuti. Aku sadar akan kemampuan ku di
bidang olahraga, tidak ada olahraga yang ku tau kecuali jogging. Dan dibidang musik apalagi. Akhirnya aku memutuskan untuk
ikut kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) di kampusku, tanpa harus ada
keahlian khusus. Aku beranikan diri untuk mendaftar.
Selama
satu bulan aku mengikuti rangkaian kegiatan rekrutmen yaitu wawancara, latihan
fisik, dan praktek kecil. Tepat di libur semester Mapala mengadakan Pendidikan
Dasar selama tujuh hari di hutan, tanpa pikir panjang akupun mengikutinya.
Lambat laun aku mendapatkan teman akrab yang memang memiliki karakter seperti
Isar. Aku selalu satu kelompok denganya, sehingga aku mulai dekat denganya.
Setelah
kami dilantik jadi Mapala, banyak kegiatan yang harus kami jalanakan sehingga
sejak aku ikut mapala aku baru merasakan kesibukan. Tapi sesibuk apapun kami di
mapala kami selalu meluangkan waktu untuk bermain dengan alam. Alam yang banyak
mengajarkanku arti kehidupan dan kekeluargaan.
“Salut
aku sama mu La, kau dulunya pendiam, sekarang ko aktif dan sudah berani maju ke
depan kelas” kata teman ku sambil senyum. Akupun membalasnya dengan senyum. Aku
dan teman mapala ku berbeda jurusan sehingga saat jam kelas aku pengen pengen
cepat keluar dan ngmpul bareng mereka teman mapala ku di sekre tercinta kami.
Aku sendiri sadar akan perubahan ku, aku sadar aku tidak se pemalu dulu kini
aku mulai tampil dengan adanya aku.
Bukan
hanya teman yang ku dapatkan ketika ikut UKM Mapala ini tapi abang kakak ada
semua disini yang siap menempa mental kami. Eringat aku kata-kata sahabatku
yang di Rundeng si Isar, “kalo kamu ingin tau siapa dirimu keluar dari Save Zone mu La” masih lekat sekali
kata-kata ini. Terima kasih Sar.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda