Siapa Dia?
Jumat, 20 Februari 2015
Siapa
Dia?
Ditengah
keseriusan kami mendengarkan materi tentang Foto dan Jurnalistik (Fotjur) yang
disampaikan oleh Pak Jimbo (Jimi Piter) (A-055-AIR). Terdengar teriakan yang
semangat luar biasa dari pintu belakang
“Astacala!!!” sebagian dari kami tekejut luar biasa, tapi untung
diantara kami tidak ada yang latah. Terlintas dibenakku, siapa dia? Apakah ini
orang yang selama ini diceritakan oleh Bang Boleng sesorang yang sangat
memiliki prinsip. Sejenak aku melupakan teriakan itu. Ku fokuskan lagi pikiran
ku ke materi yang di bawakan Pak Jimbo, jarang-jarang dapat pemateri dari
senior yang jauh diatas kami, jadi satu menit itu sungguh berarti malam itu. “Berani
dalam menulis” kata Pak Jimbo. Kata-kata itu masih lengket dalam pikiran ku
sehingga membangun semangat untuk menulis. ”Biarpun kalian di kritik, apalagi
dapat kritikan dari anak sekre, biasakan saja” kata Pak Jimbo sambil senyum
tipis. Berbagai referensi telah diberikan pak jimbo untuk kami pelajari
sendiri.
Tidak
seperti biasanya, materi kali ini selesai lebih awal sekitar jam 21.35 WIB.
Para laki-laki sudah mulai teriak futsal. Sebagian dari kami langsung teriak “ayo
salam Pak Gepeng” “ayo” teriak kami ramai-ramai.”Titin” ucapku dengan semangat
sambil menyalami Pak Gepeng, walaupun rambut Pak Gepeng sudah mulai memutih, tapi
ketika menjabat tangan kami tampak semangat yang luar biasa, Beliau genggam
dengan erat sebagai tanda semangatnya menerima kami sebagai adiknya. Hampir 7
bulan aku dibandung takpernah kurasakan malam sesemangat malam itu, sungguh
malam itu luar biasa bagi ku. Bisa berbicara langsung pada seseorang yang
memiliki legenda luar biasa yang di ceritakan oleh senior tanpa tau orangnya
dan malam ini Beliau berada tepat di depan ku yaitu Pak Gepeng. Yang tanpa disadari
semangat Pak Gepeng itu tertular bagi siapa yang mendengarkan ceritanya. Malam
itu Pak Gepeng cerita tentang perjalananya ketika Tsunami Aceh, serta cerita
tentang perjalanan Pak Jimbo yang luar biasa saat Tsunami Aceh, serta
pengorbanan Pak Jimbo untuk Aceh.
Sempat
juga malam itu Pak Gepeng cerita tentang masa kuliahnya. Saat Pak Gepeng
menceritakan masa kuliahnya kamipun tertawa garing mendengar cerita kuliah Pak
Gepeng. “Bapak dulu lagi duduk disekre, tapi asisten laboraturium yang datangi
bapak, tau mau ngapain? Minta tanda tangan bapak” cerita Pak Gepeng. Serentak
semua yang mendengar kan malam itu tertawa pecah. ”Tapi, jangan ikuti yang
buruk-buruknya ya, beda Zaman beda teknis” saran Pak Gepeng.
Betapa
bersyukurnya aku malam itu, selalu ku ucapakan Alhamdulillah dan betapa
beuntungnya aku bisa berjumpa orang seperti Pak Gepeng dan Pak Jimbo. Ya, Astacala
yang membuatku berjumpa orang-orang seperti itu. Terima kasih Astacala.
Teringat
lagi ketika aku ikut tes Study Group Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) sebelum aku masuk jadi Anggota Astacala. Saat
itu aku mengikuti tes empat kali, ku ikuti tes itu dengan serius serta dengan
persiapan yang matang. Sampai aku pernah berjanji pada diriku “kalau aku lulus
Study Group SKSO, Astacala akan aku tinggalkan” saat itu aku masih siswa PDA
ASTACALA 23. Sampai pada tes terakhir yaitu wawancara ternyata aku tidak lulus. Ntah kenapa
walaupun saya tidak lulus tapi saya hanya kecewa sedikit saja. “Mungkin ini
yang terbaik, mungkin bukan ini jodohku” ucapku sambil menenangkan hati. Saat
itu aku terus fokus dengan kegiatan latihan fisik ku saat siswa PDA ASTACALA 23.
Ya,
Disaat malam itu aku menemukan maksud kenapa aku tidak lulus Study Group SKSO
itu. Ternyata rencana-Nya lebih indah. Malam itu mulut ini tak pernah berhenti
untuk terus ucap “Alhamdulillah”. Malam itu juga, ingin rasanya aku terus membuat
catatan tentang kedatangan Pak Gepeng ke sekre Astacala, tapi tertunda karena
beberapa faktor. Ya malam ini ku sempatkan menuliskan cerita ini. Berharap Pak
Gepeng datang lagi dengan sejuta semangat untuk kami.
Bandung,
25 februari 2015
23.36
WIB
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda