Sabtu, 04 Juni 2016

Gunakan 20 Detik
Aku tak menyangka, akan terasa ringan setelah kejadian 20 detik itu.
Aku berjalan menuju rak piring, aku ambil piring dan menyongkel beras kemudian aku masukan ke piring yang di pegang tangan kiri ku. Kemudian aku menghamipiri sebuah meja lingkaran dengan diameter 2 meter. Aku duduk dekat bapak yang tengah menikmati hisapan rokoknya. Aku ambil lauk-pauk yang sudah tersedia diatas meja, kemudian aku duduk bersama bapak ku berdua di tempat meja makan. Sambil menikmati makan malam aku sempatkan mengajak bicara bapak ku akan hal kuliah ku. Bapak ku yang asik dengan asapnya dan kopi hitamnya yang baru aku buat. Aku masuk ditengah keasikan bapakku yang mendengarkan ceritaku. “Pak, nilai ku turun.” Kata ku sambil menundukan wajahku, tak berani menatap mata tegas bapak ku. “Seriuslah kuliah tin, tau nya aku setiap aku kirim uang, kau langsung jalan-jalan, ada laporanya” kata bapakku dengan santainya sembari menikmati menyeruput kopi hitamnya. Ditengah bapak ku berkata seperti itu, ntah kenapa air mata ku langsung menetes mengalir di pipi ku. Tak tahan rasanya mendengar nada itu, seolah rasa lelah bapak ku terluapkan malam itu. Aku seorang perempuan yang berusia 20 tahun. Tapi kedewasaan usiaku tak mencerminkan kedewasaan sifatku. Sifatku yang mudah nyaman dengan sesuatu dan mudah terlena dengan sesuatu sehingga membuat ku lalai. Aku lupa dengan tujuan utama ku ke seberang pulau sana. Kenapa tak aku ceritakan ini saat aku masih disana dan saat aku mengalami itu? Itu yang tidak ku miliki. Aku takut dibilang mengeluh akhirnya aku memilih diam. Itu SALAH! Kesalahan ini, cukup saat ini. Dengan niat tegas aku sengaja menuliskan ini, karena aku berharap tak yang melakukan kesalahan ku itu, cukup aku dan cukup sekali!. Subulussalam/5/Juni/2016

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda